Malang, 26/05/2013 – Perhatian bagi kaun Difable (Different Ability) tidak henti-hentinya mengalir dari berbagi kalangan. Terlebih sejak tahun 2012 lalu, Universitas Brawijaya membuka pendaftaran bagi calon mahasiswa Difable (Different Ability). Setelah LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) ManifesT FH UB adakan Launching Bulletin dan Talkshow mengenai Jaminan Hak Pendidikan untuk Difable (15/04), kali ini LO Formah PK (Forum Mahasiswa Peduli Keadilan) gelar Workshop bertajuk ‘Stop Discrimanition for Person with Disability’(24/05). Workshop tersebut dihadiri Mahasiswa Difable dari seluruh Fakultas di Universitas Brawijaya dan Kabupaten Malang, mahasiswa FH UB serta kurang lebih 20 LSM di Indonesia. Masih bertempat di ruang Auditorium Lantai 6 Gedung A Fakultas Hukum, workshop tersebut dikemas dengan nuansa yang berbeda. Pintu masuk ruang Auditorium disulap menjadi labirin dengan menggunakan kain hitam. Sebelum memasuki ruangan tersebut, peserta workshop harus melewati lorong berkain hitam tersebut. Labirin tersebut menggambarkan hak-hak kaum difable yang masih tersekat-sekat dan terkotak kotak. Didalamnya, peserta diajak untuk melihat tulisan-tulisan bertema difable, foto-foto mahasiswa difable, coretan cat warna warni yang dilukis mahasiswa difable. Setelah lewati lorong dan sampai di ruang Auditorium, seluruh peserta diajak berdiskusi mengenai permasalahan mahasiswa difable khususnya di Universitas Brawijaya. Hadir sebagai pemateri adalah Dr. Idayu Astuti M.Pd (Pengawas sekolah inklusif Dinas pendidikan kota Malang) dan Vines Fatimah (Staff PSLD UB).
Ditanya mengenai tujuan worksop tersebut, Robby sebagai panitia acara menjelaskan bahwa workshop ini menitikberatkan diskusi yang nantinya melahirkan suatu solusi. Solusi tersebut diharapkan akan menjadi titik terang bagi penyandang difabilitas. Masih menurut Robby, infrastruktur di UB dinilai penuh diskriminasi bagi kaum difable. Misalnya tangga gedung kuliah bagi penyandang tuna daksa terutama pengguna kursi roda. “Kita berusaha menemukan solusi yang menjadi titik terang bagi disabilitas, karena selama ini mereka kan hak nya terdiskriminasi.” ungkap Robby. (/gta)