PP Otoda Bersama Radar Malang Adakan Lokakarya Membahas Kota Malang

  • Post category:News

PSIKnews – Sebuah X-banner terpampang didepan lift gedung A Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. X-banner tersebut bertuliskan ‘Diapakno Kota Malang, Ker?’, yang merupakan tema lokakarya sehari yang diselenggarakan oleh PP Otoda bekerjasama dengan Radar Malang. Agenda lokakarya sehari tersebut diselenggarakan di ruang auditorium lantai 6 gedung A Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (selasa, 10/8).

Agenda lokakarya sehari ini diselenggarakan untuk menyambut wali kota dan wakil wali kota yang baru terpilih dan akan segera dilantik dalam beberapa hari kedepan. Dalam sambutannya, dirut Radar Malang, Kurniawan Muhammad menyampaikan bahwa semoga pemimpin terpilih Kota Malang bisa membawa perubahan.

“Perubahan ke arah yang lebih baik adalah harapan yang kita inginkan. Karena pada dasarnya manusia secara Sunnatullah diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya untuk mengolah bumi sebagai khalifah fil ardh. Semoga kedepannya kota Malang menjadi daerah yang diperhitungkan, baik secara regional, nasional hingga internasional.” Papar Kurniawan.

Dalam lokakarya sehari ini, hadir sebagai pemateri yaitu Sutiaji (wakil walikota terpilih periode 2013-2018), Dwi Cahyono (budayawan, pendiri museum Malang Tempo Dulu), Ngesti Dwi Prasetyo, S.H., M.H. (ketua PP Otoda), Dr. Ibnu Sasongko (dosen planologi ITN, Malang). Lokakarya sehari ini dipandu oleh Sahrul Sajidin, S.H., yang merupakan mahasiswa program pasca sarjana FH UB.

Beberapa topik coba diangkat untuk dibahas bersama, khususnya terkait minimnya lahan terbuka yang bisa dimanfaatkan oleh warga untuk beraktifitas. Kota Malang yang telah mengalami pertumbuhan pesat, kini hanya menyisakan kawasan Ijen yang tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Malang yang dulunya disebut sebagai kota bunga atau Makobu, kini bisa disebut juga dengan Makoru atau Malang kota ruko karena banyaknya ruko dan pusat perbelanjaan yang ada.

Acara lokakarya sehari ini dihadiri oleh beberapa elemen masyarakat seperti asosiasi pedagang, agamawan, pimpinan DPRD, tokoh politik, pedagang kaki lima (PKL), hingga pengusaha. Sutiaji berpesan bahwa untuk membangun kota Malang, dibutuhkan sinergitas antar para stakeholders, khususnya para akademisi dengan sumbangsih ilmunya. (alfa)