Tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari buruh nasional. Peringatan hari buruh atau yang lebih dikenal dengan sebutan May Day tersebut selalu menampilkan drama yang unik. Mulai dari jalanan yang padat merayap karena aksi dari para buruh maupun mahasiswa, penjagaan ekstra ketat yang dilakukan oleh polisi hingga keterlibatan media dalam mengekspose setiap kejadian yang ada. Namun, di sisi lain peringatan hari buruh perlu dimaknai cukup serius. Hal ini tidak lain karena banyak kasus yang menyebutkan bahwa sering terjadi pelanggaran terhadap hak-hak buruh. Mulai dari kebijakan Outsourcing, penetapan UMK/UMR hingga sistem jaminan yang tidak pro terhadap buruh. Keadaan inilah yang menimbulkan keresahan di benak masyarakat, tak terkecuali bagi mahasiswa.
Sebagai The Agent of Change, mahasiswa memang diharuskan untuk memiliki kepekaan yang tinggi. Menanggapi momen May Day, rekan-rekan mahasiswa BEM FH UB menggelar aksi simpatik dengan mengenakan pita merah putih di lengan. Aksi simpatik ini berangkat dari kepedulian terhadap nasib dan keadan buruh di Indonesia. Pita merah putih merupakan simbol perlawanan terhadap diskriminasi yang kerap diterima oleh buruh. Karena jika merujuk pada fakta, jumlah buruh di Indonesia sangat banyak dan mereka tidak mendapatkan upah yang layak atau bahkan terendah. Hal ini sangat kontradiktif dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang mencapai level 6-6,5% pada tahun 2012 lalu.
“Indonesia saat ini belum sejahtera. Mengapa? Karena banyak dari entitas buruh yang masih belum sejahtera. Jika buruh telah sejahtera, maka Indonesia juga sejahtera. Buruh adalah parameter dari kesejahteraan Indonesia.” Ungkap Rachmad Hadjarati, deputi Kebijakan Publik BEM FH.
Keadaan inilah yang melatarbelakangi rekan-rekan BEM FH UB untuk tidak turun aksi. Menurut Rachmad, May day bukanlah sebuah seremoni yang hanya cukup dilakukan sekali, namun kemudian tanpa hasil berarti. Oleh karena itu, dibutuhkan kontribusi nyata untuk mewujudkan kesejahteraan bagi buruh di Indonesia.
Sementara itu, ditempat terpisah, rekan-rekan Formah PK (Forum Mahasiswa Hukum Peduli Keadilan) mengadakan aksi turun ke jalan yang diiringi dengan teatrikal gambaran kondisi buruh di Indonesia. Sekitar 80 mahasiswa yang tergabung dalam Formah PK nampak melakukan aksi di depan gedung Balai Kota Malang. Berbeda dengan aksi memperingati hari buruh yang dilakukan oleh BEM, Formah PK cenderung memilih aksi sebagai jalan untuk mengungkapkan kekecewaaan mereka terhadap para pemangku kebijakan yang tidak pro terhadap buruh. Apapun bentuk cara yang dilakukan untuk memperingati hari buruh, yang jelas para mahasiswa telah menujukkan kepedulian mereka terhadap kondisi buruh. Buruh sejahtera, Indonesia makmur luar biasa. (alfa39)